CPO Alami Fluktuasi, Gunawan Benjamin: Penting Petani Sawit Masih Untung


JAKARTA - Harga CPO dunia dalam satu bulan terakhir bergerak sangat volatile. Di awal bulan harga CPO nyaris menyentuh 4.100 ringgit per ton. 


Sempat anjlok ke kisaran 3.900 ringgit per ton, dan saat ini ditransaksikan dikisaran harga 3.970 ringgit per tonnya. 


Jika membandingkan kinerja harga CPO dengan harga kacang kedelai yang menjadi subtitusi CPO.


Pola pergerakan harga kacang kedelai juga tidak jauh berbeda. Sempat nyaris menyentuh $11.7 per bushel, dan pernah anjlok hingga ke level $10.7 per bushel, dan saat ini ditransaksikan dikisaran $11.16 per bushel nya. 


Selanjutnya, kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin, jika melihat harga minyak mentah dunia sebagai rujukan lainnya, harga minyak mentah dunia terpantau mengalami penurunan.


Jika di awal bulan harga minyak mentah dunia ditransaksikan $82 per barel. Saat ini harga minyak mentah berada dikisaran $78 per barelnya. 


"Nah kabar lain yang mempengaruhi harga CPO adalah meningkatnya sisi persediaan (supply) pada bulan Juli yang mengakibatkan terjadinya tekanan pada harga CPO. Sementara itu, dorongan kenaikan harga CPO lebih banyak dipicu oleh membaiknya sisi demand untuk kacang kedelai," terangnya dilansir dari laman nusantaraterkini pada Jumat (26/7/2024).


Jadi, masih dikatakan Gunawan Benjamin, fluktuasi pada harga CPO tidak terlepas dari fluktuasi pada komoditas lain di pasar internasional. 


Sejauh ini, sisi persediaan dan permintaan menunjukan adanya kemungkinan dimana pasar akan bergerak sangat volatile dalam jangka pendek. 


"Untuk harga CPO di tanah air sendiri, saya menilai nantinya pembentukan harga CPO di tanah air akan sangat bergantung pada demand yang mengalami peningkatan," ujarnya.


Sejauh ini, rencana pemerintah untu mendorong penggunaan sawit sebagai biodiesel (B40), berpeluang mendorong kenaikan harga nantinya. 


Disisi lain, masih dikatakan Gunawan Benjamin, penyerapan minyak CPO dari tanah air oleh Negara importir juga masih dipertanyakan keberlangsungannya. 


Dikarenakan terjadi perlambatan pada kinerja ekonomi di Negara tujuan ekspor.


Sehingga harga CPO dalam jangka pendek juga masi berpeluang untuk berfluktuasi seiring dengan dinamika ekonomi di tanah air dan di Negara lain. 


"Yang penting harga TBS di level petani ini yang harus bisa ditas harga keekonomiannya. Dengan realisasi harga CPO yang masih di atas 3.200 ringgit per ton, ditambah dengan nilai tukar petani perkebunan yang jauh di atas 100, memberikan gambaran bahwa petani sawit sejauh ini masih diuntungkan dengan fluktuasi harga CPO," pungkasnya.


Sumber Nusantara Terkini

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama